Tribun Timur - Jumat, 21 Desember 2012 13:35 WITA
Untuk menganalisisnya, Serambi tadi malam menanyai seorang dokter spesilis kesehatan jiwa, Ibrahim Puteh. Psikiater ini merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan bekerja di RSJ Banda Aceh.
Menurutnya, gila itu tidak sama dengan bodoh. Kalau orang bodoh, mungkin saja ia tak bisa melakukan apa pun dengan baik. Tapi mereka itu tidak bodoh, apalagi idiot. Sebagian mereka justru cerdas. Sebab, yang terganggu hanya jalan pikirannya saja. Kalau sedang tidak terlalu kacau pikirannya, mereka masih bisa melakukan sesuatu. Misalnya, mendongkel besi pengaman jendela dan lari dari tempatnya diisolasi.
Ibrahim Puteh tahu persis kondisi ruang isolasi karena dia membimbing mahasiswa praktik di RSJ Banda Aceh. Menurutnya, untuk memonitor para penghuni ruang isolasi, terdapat dua kamera CCTV. Tapi satu unit dalam keadaan rusak. Nah, kelompok pasien yang lari itu sengaja mendongkel besi pengaman pada jendela yang justru tidak terpantau oleh CCTV, karena sedang rusak. Itu sebab, pelarian mereka tak terpantau di layar monitor CCTV.
Faktor lainnya adalah habbit (kebiasaan). Ternyata sudah menjadi kebiasaan para penghuni ruang isolasi itu menggoyang-goyang terali besi jendela ruangan. Saking biasanya, perawat sudah tak begitu awas dan tak begitu meresponsnya lagi. Diduga, terali yang hampir tiap saat digoyang-goyang itu akhirnya longgar. "Nah begitu longgar, bautnya tinggal mereka sungkit pakai sendok, maka terlepas semua. Dari situlah mereka lari," kata Ibrahim.
Selain itu, tidak semua penghuni ruang isolasi itu positif gila (psikosis). Ada juga di antaranya pasien visum. Sedang diobservasi kestabilan jiwanya, apakah ada gangguan atau tidak, mengingat tindakannya tergolong nekat, misalnya, membakar pos polisi. Bisa saja dia lakukan itu karena gila atau justru karena sakit hati pada polisi, karena pacarnya pernah "main mata" dengan polisi.
Penghuni dengan status "pasien visum" ini tentulah gerah dan risih apabila disatukan lama-lama di ruang isolasi dengan orang gila. Bisa saja dia yang akhirnya memprakarsai pembobolan besi pengaman jendela itu, lalu memprovokasi para penghuni untuk ngacir dari ruang isolasi.
Faktor lainnya yang sangat memengaruhi tindakan mereka untuk kabur adalah keinginan untuk bebas. "Mereka memang ingin bebas. Maka peluang untuk bebas mereka ciptakan dan akhirnya berhasil," kata Ibrahim Puteh.
Jumlah penghuni melebihi daya tampung (overcapacity) juga merupakan problema tersendiri di RSJ Banda Aceh, termasuk di ruang isolasi. Total pasien saat ini lebih dari 700 orang. Artinya, lebih 200 persen dari daya tampung yang semestinya. Kondisi berdesakan di ruang isolasi maupun ruang rawatan, kata Ibrahim Puteh, membuat pasien makin tidak betah berlama-lama di RSJ Banda Aceh. Ini mendorong mereka untuk bagaimana cara bisa secepatnya bebas atau ke luar dari RSJ. Nah, ketika ada peluang, mereka pun kabur ramai-ramai.Anda sedang membaca artikel tentang
Orang Gila Tak Selalu Bodoh? Ini Penjelasannya
Dengan url
http://timursebrang.blogspot.com/2012/12/orang-gila-tak-selalu-bodoh-ini.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Orang Gila Tak Selalu Bodoh? Ini Penjelasannya
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Orang Gila Tak Selalu Bodoh? Ini Penjelasannya
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar