MAKASSAR,TRIBUN-TIMUR.COM--Sejumlah pengamat dari akademisi mengkhawatirkan partisipasi warga Makassar pada pemilihan Wali kota Makassar yang akan digelar 18 September pekan depan menurun akibat banyaknya kampanye "kotor" yang dilakukan para calon Walikota Makassar yang tarung pada Pilwali tersebut.
Beberapa akademisi lintas universitas yang tergabung dalam forum dosen membahas soal dampak kampanye 'kotor' yang tak beretika dengan tingkat partisipasi warga di redaksi Tribun Timur, Kamis (12/9/2013).
Sejumlah akademisi yang hadir antara lain Prof Qasim Mathar, Prof Marwan Mas, Prof Dr Ma'ruf Hafid, Dr Adi Suryadi Culla, Dr Firdaus Muhammad, Dr Arqam Azikin, Aslan Abidin MA, Aswar Hasan, Pahir Halim dan Dr Saifuddin Al Mugny. Selain itu hadir pula Ketua KPU Makassar, Nurmal Idrus dan Ketua Panwaslu Amir Ilyas.
Dari hasil diskusi yabg kurang lebih 2 jam tersebut menghasilakan beberapa catatan penting. Mereka sepakat bahwa model kampanye Pilwali saat ini yang gencar melalui spanduk baliho maupun iklan di media sangat 'kotor' dan tidak menunjukkan nilai kearifan lokal Bugis-Makassar.
Berikut komentar 10 akademisi ini:
"Kampanye yang dilakukan kandidat sekarang sudah menyimpang. Hal ini bisa berdampak terhadap apatisme politik dan akan meningkatkan golput." (Adi Suryadi Culla)
"Jika partisipasi rendah itu tanggung jawab partai politik dan tim sukses. Kita harap tinggi (partisipasi) karena ada 10 calon." (Pahir Halim)
"Masyarakat justru banyak golput kalau banyak calon, karena sulit memilih," (Saifunddin Al Mugni).
"Kalau ada yang kalah, hanya kalah curang, kalau ada yang menang berarti lebih curang. Tak ada calon yang menarik, hingga kini belum ada calon yang saya mau dipilih,". (Marwan Mas)
"Kampanye itu seharusnya program, tapi yang ada malah saling menjatuhkan," (Aswar Hasan)
"Ada 5 calon bergerak secara massif. 3 diantaranya berada di level 1," (Arkam Azikin)
"Tena Harapang. Yang ada calon sangat memalukan dengan saling mencibir lewat iklan,". (Ma'ruf Hafid)
"Jika partisipasi tinggi berarti banyak yang tidak waras. karena mereka (calon) belum bisa dicontoh dan menganiaya masyarakat," (Aslan Abidin)
"Ini pekerjaan besar bagi pendidikan politik partai politik dan calon," (Firdauz Muhammad)
"10 calon tidak ada yang seksi. Saat ini kita tidak liat Makassar lagi, tapi baliho, jadi omong kosong itu kota dunia," (Qasim Mathar). (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
10 Akademisi Makassar Cibir Kampanye Wali Kota
Dengan url
http://timursebrang.blogspot.com/2013/09/10-akademisi-makassar-cibir-kampanye.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
10 Akademisi Makassar Cibir Kampanye Wali Kota
namun jangan lupa untuk meletakkan link
10 Akademisi Makassar Cibir Kampanye Wali Kota
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar