Bajak Laut dan Penimbun Pantai Makassar

Written By Unknown on Selasa, 16 September 2014 | 12.45

Oleh : Ostaf al Mustafa
Mantan anggota Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi (AMPD)

TAKA ada peradaban yang pernah dibuat oleh para penimbun laut Makassar. Demi alasan histori apa sehingga mereka menjadi tokoh pembuat peradaban baru? Mungkinkah ada sejarawan yang tega melihat peta baru Makassar terbentuk dari timbunan ilegal?
Peradaban maritim Makassar, tak lagi ada setelah sebagian Mariso tertimbun. Fitur indah dari pinggiran Selat Makassar, hanya tersisa sebagai foto-foto lama dan tanpa kenangan bergaram yang seasin bersih air laut. Jauh lebih terhomat para bajak laut daripada semua penimbun laut Makassar.

Siradjuddin Bantang dalam Sangka Rupa Butta Mangkasara (2007 : 2), mengutip kesaksian apoteker dan diplomat dari Lisabon Portugis bernama Tomé Pires (1465–1524 atau 1540). Pires adalah agen obat-obatan ketika berusia 40 tahun. Ia berlayar di Pulau Jawa dan bertemu dengan sejumlah pelaut Makassar. Pires menyebut orang Makassar sebagai Macacar, perampok, dan bajak laut.  Pires sempat berada di Malaka selama 3 tahun (1512-1515) di era penaklukan Portugis. Di sanalah ia melihat ketangguhan maritim orang Makassar.

Kesaksian Pires juga dikutip Ahmad M Sewang dalam Islamisasi Kerajaan Gowa, abad XVI sampai abad XVII (2005 : 17) …. Mereka punya bahasanya sendiri, lain daripada yang lain. Semua orang gagah dan suka berperang. Di situ banyak terdapat bahan makanan. Orang-orang dari pulau itu adalah perampok yang paling besar di dunia, kekuatannya besar dan perahunya banyak. Mereka berlayar untuk merampok dari negeri mereka sampai ke Pegu, dan dari negeri mereka sampai ke Maluku, Banda, dan di semua pulau sekitar Jawa.

Pada umumnya mereka bajak laut. Oleh orang Jawa menyebut Bajuus (Bajoe). Orang Melayu menyebut Celates (orang Selat). Orangnya semua memakai keris dan mereka kuat-kuat. Mereka berlayar kian kemari dan ditakuti di mana-mana, sebab memang semua perampok patuh pada mereka, sebab mereka patas dipatuhi."

Kutipan dari Siradjuddin Bantang dan Ahmad M Sewang, berasal dari Armando Cortesao (ed) pada The Suma Oriental of Tom Pires, Jilid 1 (London: The Hukluyt Society, 1944; 226-227). Catatan lain Tomé Pires, yang diterjemahkan oleh Armando Cortesão dan Francisco Rodrigues dalam The Suma Oriental of Tome Pires: an account of the East, from the Red Sea to China (2005: 233) makin menjelaskan kehebatan orang Makassar di lautan.

Penyebutan lain Pires terhadap orang Makassar yakni Celates Bugis, dengan tuduhan sebagai perampok, pembegal, atau penyamun. "As these Celates and robbers (who sometimes fished for their food, with their huts and wives and children on the land) live near the hill which now called Malacca…."

Orang Makassar sebagai bajak laut, malah diberitakan di Colonial Times (Hobart, Tas. : 1828 - 1857) berjudul Attacks on the Pirates in The Indian Archipelago. Meski tak menuduh secara langsung pada orang Makassar, namun lokasi pemberitaan berupa Macassar sudah cukup menjadi penanda tentang siapakah yang disebut sebagai para bajak laut tersebut.

Awal pemberitaan sudah memastikan keberadaan para bajak laut. The latest date from this partof the Archipelago is Oct. 20, via Batavia.Piracy has become so common in and around Macassar, that the Dutch have been compelledto send an expedition to punish the offenders.The operations against the pirates have been very successful.

Berita tersebut tentang kapal Vesuvius, jenis fregat yang bertugas memberantas bajak laut. Para bajak laut itu biasa mencegat kapal Inggris dan Belanda. Dua kapal lainnya dalam gugus tugas memberantas bajak laut yakni HM Schooner-brig Dolphin dan  HM Schooner Kameleon yang bertolak meningalkan Makassar, pantai selatan Sulawesi ke pantai utara Sumbawa dan Flores, pada 12 September 1848.  Ketiga kapal tersebut diberitakan sukses memberantas bajak laut.

Tokoh utama dalam Sandeq Race Horst Liebner, yang juga seorang akademisi dan peneliti, punya catatan tersendiri tentang sosok bajak laut dan kapal yang mereka gunakan.Menurut Liebner  dalam Perahu-Perahu Tradisional Nusantara (2002: 38), paling lambat sejak abad ke-18, padewakang merupakan tipe utama dari sekian banyak jenis perahu dagang jarak jauh Sulawesi-Selatan. Pedagang Mandar, Bugis, dan Makassar berlayar di seluruh Samudera Indonesia di antara Irian Jaya hingga Semenanjung Malaya.

Berdasarkan kutipan dari Macknight (1976), Nooteboom (1951/1952), Cense (1952), dan Paris (1842), menurut Horst, terdapat julukan seram untuk padewakang dengan cap stereotipe sebagai 'perahu bajak laut asal Sulawesi di Persia'. Di abad ke-19, padewakang menjadi alat transportasi handal untuk mencari teripang di Australia.

Catatan Pires, berita dari Colonial Times, hingga hasil olahan Liebner, memastikan lebih tangguh orang Makassar bila dibanding dengan karakter bajak laut ala Pirates of Caribbean. Jack Sparrow, Hector Barbossa, dan Davy Jones, terlihat seperti anak kecil yang masih bermain perahu-perahu kertas, bila disepadamkan dengan bajak laut Makassar. Mereka telah berhasil membentuk suatu peradaban dan spirit korsa keberanian di seluruh dunia dari kejayaan maritim, tidak sebagai penimbun laut.

Zainuddin Tika dan kawan-kawan dalam Makassar Tempo Doeloe (2011: 49-74) berhasil mengumpulkan tokoh Makassar yang membentuk peradaban, di berbagai negara. Merekalah pembentuk peradaban di Benua Australia, Afrika Selatan, Mozambique, hingga Mandagaskar. Daeng Mangalle di Thailand, sosok pemberani yang kini masih dikenang, sehingga terdapat Kampung Makassar.

Anaknya Louis Piere Pierre Daeng Rurung atau Daeng Rowrow de Macassar menjadi Panglima Perang Kerajaan Perancis di era Louis XIV atau  Louis yang Agung (1638-1715). Hal yang sama untuk adik Daeng Rurung yakni Daeng Tulolo (Louis Dauphin de Macassar).
Karaeng Yusuf Gowa, Panglima Perang Kerajaan Inggris, melawan Tamil Nadu India Selatan. Karaeng Sangunglo, pahlawan di Ceylon (Srilangka). Leluhur Tun Abdul Razak yakni Karaeng Aji (Sultan Nasaruddin) menjadi tokoh sejarah di Malaysia. Tun Abdul Razak menjadi PM Malaysia. Namanya diabadikan menjadi sebuah jalan di perbatasan Makassar-Gowa.

Daeng Jowa atau di Timor Leste dikenal sebagai De Joang, menjadi penanda keberadaan orang Makassar. Kekalahan politik Indonesia di era transisi pemerintahan BJ Habibie, menjadikan lepasnya salah satu tanah tumpah darah orang Makassar. Masa kuasa satu tahun dan lima bulan sebagai Presiden RI, membuat Timur-Timur terhapus dari peta NKRI. Hal itu disebabkan pula ulah jahat sejumlah LSM pengkhianat bangsa.

Bila bajak laut penyuka kedalaman laut, justeru penimbun laut mendangkalkan pantai. Pinggiran laut Makassar, kini dikuasai para penimbun. Keturuna Pires pasti jijik, bila melihat  kehebatan bajak laut Makassar kini terdegradasi di tangan kotor para tokoh-tokoh reklamasi.(*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Bajak Laut dan Penimbun Pantai Makassar

Dengan url

http://timursebrang.blogspot.com/2014/09/bajak-laut-dan-penimbun-pantai-makassar.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Bajak Laut dan Penimbun Pantai Makassar

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Bajak Laut dan Penimbun Pantai Makassar

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger