JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM- Perhelatan Piala AFF 2012 sudah di depan mata. Bagi ratusan juta rakyat Indonesia, turnamen yang akan digelar pada 24 November hingga 22 Desember itu merupakan salah satu asa untuk mencari secercah prestasi sepak bola. Maklum saja, sudah 21 tahun lamanya, sejak raihan emas Sea Games 1991 di Manila, pecinta sepak bola dalam Negeri harus gigit jari jika ingin berbicara soal prestasi.
Di tengah kisruh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang tak kunjung usai, puluhan anak Bangsa tetap menyatakan kesiapannya membela Indonesia. Terus mendapat tekanan sana-sini, mereka tetap kokoh untuk memantapkan tekad untuk bersama-sama berjuang demi mengharumkan simbol "Garuda" di dada.
Di Piala AFF yang akan berlangsung di Malaysia dan Thailand, Indonesia berada di Grup B bersama tuan rumah Malaysia, Singapura, dan Laos. Di pertandingan perdana, tim asuhan Nil Maizar itu akan berhadapan dengan Laos, 25 November 2012.
Berikut adalah petikan wawancara singkat dengan salah satu penggawa tim nasional Indonesia, Irfan Bachdim. Ditemui di sela-sela acara "Nike Player Lounge Indonesia", Kamis (15/11/2012), pemain kelahiran Belanda itu berbicara mengenai persiapan dan peluang Indonesia di Piala AFF.
Timnas banyak dikritik karena diisi oleh pemain-pemain baru yang tidak dikenal. Menurut Anda?
Tentunya, aku memang tidak mengerti dengan orang-orang yang mungkin sedikit kecewa karena banyak pemain tidak terkenal dalam tim ini. Tetapi, meskipun begitu, mereka adalah pemain yang mempunyai kualitas untuk membentuk sebuah tim yang bagus.
Persoalan pemilihan pemain dalam timnas Indonesia mencuat pada akhir 2011 setelah Kongres Solo yang memunculkan dualisme kompetisi ISL dan IPL. PSSI sempat melarang pemain ISL memperkuat timnas karena berasal dari liga yang tidak resmi diakui FIFA. Namun, larangan itu sempat dicabut pada November.
Awal Desember, Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, kembali menegaskan larangan tersebut. Menurutnya, larangan itu merupakan aturan dari pasal 79 statuta FIFA, yang menyebutkan organisasi sepak bola resmi dapat dikenakan denda jika memainkan pemain yang berlaga di kompetisi tidak resmi dalam timnas.
Namun, April 2012, PSSI kembali memutuskan pemain ISL boleh memperkuat timnas, karena beralasan sebagai bentuk nyata rekonsiliasasi. Hal itu mengacu kepada surat yang dikeluarkan FIFA pada Januari 2012 terkait masalah dualisme kompetisi. Namun, kubu KPSI menilai hal itu sudah terlambat karena dilakukan PSSI menjelang deadline yang ditetapkan FIFA.
Meski PSSI dan KPSI sempat menandatangani nota kesepakatan damai (MoU) di Kuala Lumpur, 7 Juni, penyelesaian persoalan pemilihan pemain timnas terus menemui jalan buntu. Kubu KPSI dengan tegas menolak mentah-mentah sejumlah pemanggilan pemain ke timnas yang diajukan PSSI. Walhasil, seluruh pemain langganan timnas yang berkompetisi di ISL tidak dapat membela negeranya di Piala AFF 2012.
PSSI memanggil 35 nama dalam skuad bayangan timnas AFF, enam diantaranya pemain yang berasal dari ISL. Akan tetapi, hanya Bambang Pamungkas yang hingga saat ini masih konsisten mengikuti pemusatan latihan atau training camp (TC).
Perbedaan kondisi tim sekarang dengan dua tahun lalu di Piala AFF 2010?
Tim ini seperti keluarga sekarang, karena kami selalu bermain setiap waktu dan menit. Aku percaya karena tim ini sangat solid.
Bachdim merupakan salah satu penggawa timnas di Piala AFF 2010 di Jakarta dan Vietnam. Ketika itu bomber yang kini berusia 24 tahun tersebut melakoni debutnya di timnas sehingga lebih sering duduk di bangku cadangan karena barisan depan tim inti diisi oleh duet Bambang Pamungkas dan Christian "El Loco" Gonzalez.
Di Piala AFF kali ini, Bachdim menjadi salah satu andalan skuad "Merah Putih". Pemain Persema Malang itu tampil sejak pemusatan latihan atau training camp (TC) tahap pertama, Agustus lalu. Ia pun selalu menjadi pilihan utama pelatih timnas, Nil Maizar di barisan depan timnas.
Siapa lawan terberat Indonesia di Grup B?
Tentu semua orang tahu Malaysia akan menjadi tim yang terberat bagi Indonesia. Karena di setiap turnamen besar (di Asia Tenggara) akan seperti itu. Tetapi, seperti yang aku pernah bilang, kami telah siap dan aku tidak sabar menanti pertandingan tersebut.
Pertemuan antara Malaysia dan Indonesia memang telah menjadi salah satu laga yang kental akan aroma rivalitas sejati di Asia Tenggara. Perseteruan yang dibangun dari sejarah perjalanan panjang kedua negara tersebut pun menjalar hingga bidang sepak bola.
Sepanjang sejarah perjalanan Piala AFF, Indonesia dan Malaysia sudah bertemu tujuh kali. Indonesia lebih unggul karena mampu menang empat kali yakni 1-0 di Piala Tiger 2002, 4-1 (2004), 5-1 dan 2-1 (Piala AFF 2010). Sedangkan Malaysia berhasil mengalahkan Indonesia 3-1 di Piala Tiger 1996, 2-1 (2004), 3-0 (Piala AFF 2010).
Kekalahan dari Malaysia di Final AFF 2010?
Tentu, aku mempunyai memori sangat buruk (di Piala AFF 2010). Sejujurnya, aku memang sedikit tidak terima Indonesia kalah dari Malaysia dan gagal meraih gelar juara. Karena ketika itu aku lebih banyak berada di bangku cadangan.
Di Piala AFF 2010, Indonesia dan Malaysia berada di Grup A bersama Thailand dan Laos. Di babak penyisihan grup timnas berhasil mencatatkan hasil sempurna dari tiga pertandingan, termasuk salah satunya saat mengalahkan Malaysia 5-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 1 Desember.
Dengan torehan tersebut, skuad "Merah Putih" kemudian diunggulkan menjadi juara. Di babak semifinal yang memakai sistem kandang dan tandang, rekor itu pun berlanjut karena Bambang Pamungkas dan kawan-kawan mampu menang atas Filipina dengan agregat 2-0 (1-0 di Manila, 1-0 di Jakarta).
Namun, predikat calon terkuat peraih juara, mulai sirna karena secara mengejutkan Indonesia takluk tiga gol tanpa balas dari Malaysia dalam leg pertama final di Stadion Bukit Jalil, 26 Desember 2010. Harapan meraih gelar juara untuk kali pertama pun benar-benar pupus, meski menang 2-1 di Jakarta karena kalah agregat 4-2.
Harapan di Piala AFF tahun ini?
Seperti yang aku katakan tadi, aku siap dan akan memberikan yang terbaik bagi Indonesia di Piala AFF 2012. (*)
Editor : Muh. Taufik