JOGJA, TRIBUN-TIMUR.COM - Pelantikan Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Sutarman menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Pol Timur Pradopo, tak bisa disaksikan ayah kandungnya, Pawiro Miharjo (83), meski hanya melalui layar televisi. Pria yang tinggal di Kabupaten Sukoharjo tersebut ternyata tak mempunyai pesawat televisi.
Sutarman dilantik menjadi Kapolri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara, Jumat (25/10/2013) sore. Sebelumnya, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Polri tersebut lulus fit and proper test yang dilakukan Komisi III DPR.
Jumat sore Pawiro Miharjo tetap melakukan aktivitas sehari-hari pada saat sang putra sulung dilantik menjadi orang nomor satu di jajaran Polri. Ketika dikunjungi Tribun Jateng (Tribunnews.com Network) di kediamannya, RT 03, RW XI, Dukuh Dayu, Kelurahan Tawang, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Pawiro hanya mengenakan kaos singlet putih dan celana pendek.
Mbah Pawiro, demikian ia biasa disapa, tengah mengumpulkan sampah berupa dedaunan di kebun dalam pekarangan rumah yang berpagar tembok tinggi.
"Saya sudah tua. Tidak punya televisi. Jadi nggak perlu menyaksikan pelantikan Tarman. Yang penting semua lancar dan sesuai harapan. Tadi pukul 14.15 Tarman sudah telepon saya minta doa restu dan menanyakan kabar kesehatan saya," kata Pawiro.
Pawiro mengaku, sebenarnya Sutarman mengajak dirinya ke Jakarta menumpang pesawat terbang untuk ikut menyaksikan pelantikan jadi Kapolri. Namun karena alasan sudah tua, Mbah Pawiro tidak bersedia. Yang penting apa yang diidam-idamkan sudah menjadi kenyataan.
Dalam pagar pekarangan rumahnya itu terdapat rumah tembok ukuran cukup besar milik adik Sutarman. Namun karena tak ada penghuninya, pintu digembok.
Tak pelak, pesawat televisi dalam rumah tersebut tak bisa ditonton. Mbah Pawiro juga mengaku tak menyimpan foto-foto kenangan masa kecil atau remaja Sutarman.
Bukan tak mau menyimpan kenang-kenangan namun karena memang tak punya foto atau dokumen. Sebagai orang kampung lugu yang hidup bertani di pelosok Sukoharjo, hal-hal seperti itu tak pernah dipikirkannya.
Terkait Sutarman jadi Kapolri, Pawiro sudah mendapat firasat sejak empat bulan silam.
"Saya mimpi ada hujan disertai angin ribut. Rumah-rumah roboh dan banjir. Kemudian para warga datang ke rumah sini untuk berteduh. Saya bilang kepada Tarman, dia nanti akan jadi bintang empat (jenderal)," kata Mbah Pawiro sambil berdiri di pekarangan rumahnya.
Ketika mimpi itu disampaikan, Sutarman hanya tertawa terbahak-bahak. Sebelumnya Sutarman pernah minta doa restu kepada ayahnya agar jadi bintang tiga. Namun ayahnya justru meyakinkan kepada Sutarman bakal memperoleh bintang empat.
Komjen Sutarman termasuk jarang pulang ke kampung halamannya. Namun, walau sangat sibuk, setiap Lebaran hari kedua selalu pulang kampung dan ziarah kubur ke makam Samiyem, ibu kandungnya. Saat ini Mbah Pawiro hidup bersama Semi
(ibu tiri Sutarman).
Sutarman punya tiga anak. Yang pertama, perempuan, berprofesi sebagai dokter dan punya tiga anak. Sedangkan anak kedua, laki-laki, sudah lulus dari Akademi Kepolisian (Akpol) di Semarang. Anak ketiga (bungsu), seorang pria, masih mengenyam pendidikan di Akpol.
"Kowe sok emben nek sida dadi bintang papat, aku tukakna jenang (Suatu saat nanti kalau kamu meraih bintang empat, belikan aku bubur)," kata Mbah Pawiro mengenang.
Kini dia mengaku lega karena harapan dan prihatin selama ini sudah menjadi kenyataan. "Kalau soal pelantikan, saya restui dari rumah saja. Saya sudah tua. Yang penting sudah kabul," terangnya.